Pemilu.. Pesta negara 5 tahunan. Jika dilewatkan, menyerahkan nasib negara apa adanya, namun jika memilih juga semakin membingungkan karena pilihan semakin beragam..
Pemilu 2004 menjadi pemilu pertama saya untuk ikutan prosesi ritual kenegaraan seperti ini. Meskipun masih sistem nyoblos gitu.. Tapi, yah itu sudah cukup ngerasain deh gimana rasanya ikut pemilu. Sewaktu itu, saya belum ngerti banget-banget siapa saja partai yang kompeten untuk dijadikan sebagai pilihan. Jadi, pilih saja yang kira-kira berlogo bagus. Hehe.. (Dan akhirnya juga, 1 suara saya tidak berpengaruh banyak sama hasil akhirnya). Tapi, sudahlah, yang lalu menjadi memori saja.
Tahun 2009, pesta negara ini terlihat lebih meriah. Iklan televisi makin bombastis, berebut jam tayang di stasiun televisi nasional, ada yang mengetengahkan konsep-konsep faktual dengan data-data yang kompeten hingga konsep dangdut yang lebih merakyat. Belum lagi hadirnya baliho-baliho dengan efek narsisme wajah-wajah caleg yang makin leluasa berebut kursi, semakin membuat pesta ini berlangsung seperti ajang idola. Tentunya dengan perkiraan dana kampanye yang berjumlah hingga menyentuh 10 digit rupiah. Ugh.. Jumlah yang besar (dan memang juga diikuti dengan ambisi yang besar pula.. Hehe).
Tahun ini juga saya berada di Jogja. Ingin merasakan juga sensasi ‘celup kelingking’ lagi untuk turut berpartisipasi. Namun, ternyata prosedur mutasi-mutasi serta sosialisasi yang gak pernah terkomunikasikan dengan baik membuat saya menjadi ‘ilfil’ untuk berusaha mencari cara memilih. Huahh.. sudahlah, saya menjadi skeptis tentang tujuan pemilu itu sendiri. Jika berbicara tentang pemilu, pasti lebih seru ketika melihat proses penghitungan suara, Nah, sekarang sudah ada lembaga-lembaga survei yang menghitung secara cepat atau yang disebut Quick Count. Tv One dan Metro TV menjadi dua stasiun TV dengan label “TV Pemilu” maupun “Election Channel”. Sungguh mengejutkan kedua stasiun tersebut berebut atensi melalui dua lembaga survei yang berbeda dan dengan update yang konsisten. Mari kita bandingkan satu persatu.
Display Peringkat
TvOne tampil mengejutkan dengan display peringkat partai yang lebih baik, dari segi warna maupun posisi penyusunan. Sementara Metro TV lebih kecil dan lebih buram dalam pemilihan warna maupun fontase.
Update Presentase
Masing-masing stasiun TV selalu update dalam menyajikan data-data secara konsisten, namun dalam hal tercepat, TvOne lebih unggul dalam mencuri start penghitungan. (Meskipun saya sendiri masih awam dalam hal keakuratan data).
Analisis Pakar
Dari TvOne, beberapa pakar sangat antusias dalam mengkritik persiapan-persiapan KPU maupun analisis tentang pengaruh dominasi partai-partai yang memimpin peringkat. Salah satunya adalah dari pihak Charta Politika dan pastinya Effendi Ghazali yang memberikan opini-opini menarik. Dari Metro Tv juga tidak kalah seru, hadir pengamat-pengamat dari beragam bidang, bahkan pakar dari luar kota.
Host
Tidak bisa dipungkiri, bahwa presenter Metro TV lebih unggul dari cara penyampaian, bahasa yang dipergunakan, serta jam terbang. Najwa Shihab tetap menjadi anchorwoman yang handal.
Konsep Acara
Metro TV lebih baik dengan menjadikan ajang Pemilu ini dengan mengemasnya lebih professional dan eksklusif dibandingkan dengan konsep TvOne yang berteriak-teriak seperti menantikan idola baru, bukan pemimpin negara baru.
Dari keseluruhan, TvOne menurut saya cukup pintar dalam menyajikan data-data peringkat lebih cepat dibandingkan stasiun televisi lain ditambah lagi dengan dialog oleh Effendi Ghazali yang santai namun tetap berkualitas. Sedangkan Metro TV menunjukkan professionalitas yang tinggi dalam memaparkan analisa-analisa terkait peringkat partai dan kemasan acara yang lebih eksklusif berkat penampilan studio yang mengagumkan. Keduanya dapat mempertahankan labelnya masing-masing. Meskipun, event pemilunya sendiri dipenuhi kasus DPT berantakan, money politic, hingga adanya intimidasi-intimidasi.
Semoga pemilihan presiden nanti, saya diikutkan.. Hehehe
Pemilu 2004 menjadi pemilu pertama saya untuk ikutan prosesi ritual kenegaraan seperti ini. Meskipun masih sistem nyoblos gitu.. Tapi, yah itu sudah cukup ngerasain deh gimana rasanya ikut pemilu. Sewaktu itu, saya belum ngerti banget-banget siapa saja partai yang kompeten untuk dijadikan sebagai pilihan. Jadi, pilih saja yang kira-kira berlogo bagus. Hehe.. (Dan akhirnya juga, 1 suara saya tidak berpengaruh banyak sama hasil akhirnya). Tapi, sudahlah, yang lalu menjadi memori saja.
Tahun 2009, pesta negara ini terlihat lebih meriah. Iklan televisi makin bombastis, berebut jam tayang di stasiun televisi nasional, ada yang mengetengahkan konsep-konsep faktual dengan data-data yang kompeten hingga konsep dangdut yang lebih merakyat. Belum lagi hadirnya baliho-baliho dengan efek narsisme wajah-wajah caleg yang makin leluasa berebut kursi, semakin membuat pesta ini berlangsung seperti ajang idola. Tentunya dengan perkiraan dana kampanye yang berjumlah hingga menyentuh 10 digit rupiah. Ugh.. Jumlah yang besar (dan memang juga diikuti dengan ambisi yang besar pula.. Hehe).
Tahun ini juga saya berada di Jogja. Ingin merasakan juga sensasi ‘celup kelingking’ lagi untuk turut berpartisipasi. Namun, ternyata prosedur mutasi-mutasi serta sosialisasi yang gak pernah terkomunikasikan dengan baik membuat saya menjadi ‘ilfil’ untuk berusaha mencari cara memilih. Huahh.. sudahlah, saya menjadi skeptis tentang tujuan pemilu itu sendiri. Jika berbicara tentang pemilu, pasti lebih seru ketika melihat proses penghitungan suara, Nah, sekarang sudah ada lembaga-lembaga survei yang menghitung secara cepat atau yang disebut Quick Count. Tv One dan Metro TV menjadi dua stasiun TV dengan label “TV Pemilu” maupun “Election Channel”. Sungguh mengejutkan kedua stasiun tersebut berebut atensi melalui dua lembaga survei yang berbeda dan dengan update yang konsisten. Mari kita bandingkan satu persatu.
Display Peringkat
TvOne tampil mengejutkan dengan display peringkat partai yang lebih baik, dari segi warna maupun posisi penyusunan. Sementara Metro TV lebih kecil dan lebih buram dalam pemilihan warna maupun fontase.
Update Presentase
Masing-masing stasiun TV selalu update dalam menyajikan data-data secara konsisten, namun dalam hal tercepat, TvOne lebih unggul dalam mencuri start penghitungan. (Meskipun saya sendiri masih awam dalam hal keakuratan data).
Analisis Pakar
Dari TvOne, beberapa pakar sangat antusias dalam mengkritik persiapan-persiapan KPU maupun analisis tentang pengaruh dominasi partai-partai yang memimpin peringkat. Salah satunya adalah dari pihak Charta Politika dan pastinya Effendi Ghazali yang memberikan opini-opini menarik. Dari Metro Tv juga tidak kalah seru, hadir pengamat-pengamat dari beragam bidang, bahkan pakar dari luar kota.
Host
Tidak bisa dipungkiri, bahwa presenter Metro TV lebih unggul dari cara penyampaian, bahasa yang dipergunakan, serta jam terbang. Najwa Shihab tetap menjadi anchorwoman yang handal.
Konsep Acara
Metro TV lebih baik dengan menjadikan ajang Pemilu ini dengan mengemasnya lebih professional dan eksklusif dibandingkan dengan konsep TvOne yang berteriak-teriak seperti menantikan idola baru, bukan pemimpin negara baru.
Dari keseluruhan, TvOne menurut saya cukup pintar dalam menyajikan data-data peringkat lebih cepat dibandingkan stasiun televisi lain ditambah lagi dengan dialog oleh Effendi Ghazali yang santai namun tetap berkualitas. Sedangkan Metro TV menunjukkan professionalitas yang tinggi dalam memaparkan analisa-analisa terkait peringkat partai dan kemasan acara yang lebih eksklusif berkat penampilan studio yang mengagumkan. Keduanya dapat mempertahankan labelnya masing-masing. Meskipun, event pemilunya sendiri dipenuhi kasus DPT berantakan, money politic, hingga adanya intimidasi-intimidasi.
Semoga pemilihan presiden nanti, saya diikutkan.. Hehehe
No comments:
Post a Comment