Monday, July 28, 2008

Can Smile Without You

Balik untuk bercinta lagi; bercerita lebih.

Tidak begitu mengerti juga apa yang sebenarnya ingin diulas ataupun dibahas. Tidak banyak pengalaman, tidak banyak hal yang benar-benar bisa membahagiakan. Hanya mengurus lembar-lembaran data skripsi, sesekali cafe to cafe, dan yang pasti lagi hobi berfacebook-ria. Tapi dengan segelintir kegiatan itu, untungnya saya masih bisa tersenyum lebar. Bukankah senyum itu memperlambat penuaan dini di raut wajah? Hehehe...

Oh, ya.. Tiba-tiba saya teringat ketika berada di sebuah rumah makan prasmanan Flamboyan beberapa hari yang lalu. Di sana sedang ada sebuah promo kartu prabayar Axis dan tiba-tiba di sela garpu ingin beradu dengan sendok, seorang SPG datang menghampiri serta mulai untuk menjajakan paket-paket perdana yang hanya seharga Rp 6000. Buseeet, jaman dahulu pertama kali punya handphone, kartu prabayar bisa saja harganya mencapai 100 kali lipat dari sekarang. Humm, mungkin saja nanti beberapa tahun mendatang harga kartu perdana malahan gratis, tinggal pinter-pinter pilih tarif.
OK, Tapi bukan itu inti dari ingatan saya. SPG itu tiba-tiba mengerutkan dahi seperti ingin memutar-balik otaknya dan dengan nada sedikit ragu ia mulai berkata: “Eh, kamu bukannya anak BOSA ya?”. Bukannya saya kuper, tapi memang mendengar kata BOSSA membuat pikiran ini menuju pada deskripsi yang banyak. “BOSA itu apa?”, ucapan itu terlontar dengan cepat ke arah teman saya yang juga sibuk melahap makanan. Oh, itu.. SMA BOPKRI SATU. “Oh, maaf... Bukan!” dan saya hanya bisa tersenyum. Senyum itu pula yang mungkin membuat energi kebahagiaan itu datang tanpa disengaja.
Entah wajah saya dahulu diproduksi massal atau memang SPG tersebut memakai kontak lens jenis rabun siang, tapi saya juga tidak marah untuk dianggap masih seperti murid SMA. Bukannya ingin menggambarkan childish, tapi bagaimana sebuah efek senyuman (sebenarnya) mampu membantu wajah kita tidak berkerut karena rajin dilatih untuk ‘berolahraga’. Bahkan disarankan: Ketika membenci orang sekalipun, tersenyumlah. Karena lebih baik untuk tersenyum sesekali dan menjauhinya dibanding anda menghabiskan energi untuk memaki-maki. Well, selamat tersenyum untuk diri sendiri sebagai pembuka untuk senyum selanjutnya....