Thursday, September 25, 2008

Enjoy the Hot Culture

(Lirik lagu Gigi yang baru) Panas.. Panas.. Ku kebingungan, Dingin.. Dingin.. Ku kebingungan, Panas dingin ku sakit demam.. Hehe..

Seperti yang telah dipertanyakan di posting yang lalu, kali ini saya akan mencoba mengungkap jawabannya. Apakah yang telah berubah di Samarinda? Satu hal berupa petunjuknya adalah fakta bahwa Samarinda telah membangun peradaban baru semacam kultur panas alias hot culture. Dimana-mana panas. Tidak hanya di jalan raya namun juga berbagai sentra perbelanjaan. Mengapa demikian? Mari kita jabarkan satu-persatu:
Samarinda, sebagai kota yang gak jauh banget sama garis katulistiwa, pastilah bercuaca panas. Berada di bawah sinar matahari dalam jangka panjang pasti serasa dipanggang. Huff.. sensasi panas yang satu ini membuat kepala geleng-geleng karena tidak bisa dipungkiri lagi bahwa bumi memang semakin panas akibat efek global warming. Nah, cuaca panas satu ini membawa penduduk Samarinda memiliki pola pikir unik dalam hal transportasi. Faktanya, mayoritas orang lebih baik memiliki mobil dibandingkan memiliki rumah mewah. Jadi, jangan heran ketika anda memasuki sebuah kompleks perumahan sangat sederhana sekali, anda akan menemukan OPEL Blazer ataupun sekedar Honda Jazz. Hehe..
Hal seperti ini sebenarnya menambah daftar panjang kebenaran tentang kultur panas itu sendiri dimana volume kendaraan bermotor meningkat, asap dimana-mana, sehingga jalanan lebarpun mudah macet hitungan kilometer. Huff, siapa sih yang punya ide mindahin Jakarta ke sini? Hehe.. Uhm, bahkan yang menaiki kendaraan roda dua dengan pedenya mengibarkan payung di tengah jalan (Whoa!!) karena panas terlampau merajalela. Nah, menurut beberapa penelitian, konon sebuah negara atau kota dengan cuaca panas akan meningkatkan emosi masyarakatnya pula. Sebagai bukti, mungkin anda pernah lihat iklan Pertamina di televisi? Yup, anda pasti sangat senang mengisi bensin di SPBU berlabel “PASTI PAS” dimana petugasnya ramah dan memperlihatkan angka 0 ketika memulai pengisian. Well, anda tidak akan menemukannya di sini! Bukan karena di sini gak ada SPBUnya, tapi memang kultur panas membuat pelayanan di kota ini terbilang buruk. Bahkan salah satu petugasnya seneng-seneng main ponsel di area pengisian, padahal tanda ponsel coret terpampang besar tepat di sebelahnya. Ironis bukan?
Kondisi pelayanan seperti itu juga dengan gampang ditemukan di area perbelanjaan. Bukan pasar, bukan toko grosiran, tapi di sebuah Levi’s store! Anda tidak akan mendapat sambutan apa-apa ketika masuk, bahkan anda serasa tidak mengetahui dimana petugasnya di tengah crowded yang ada. Maklum, Levi’s store di salah satu mall ini laris-manis padahal dengan harga yang lebih mahal sekitar 25% dari harga Jogja! Gak heran juga sih, mengingat pendapatan kota Samarinda saja miliaran. Anything can buy deh! Hehe.. Sayangnya, bagi saya, kota ini tetap saja masih belum lengkap. Nyari majalah DAMAN? a+? M2? Huaaaah.. Nyampe kiamat juga kayanya gak bakal dapet! Pengen Activia? Setelah beberapa hari menyisir dari supermarket satu ke yang lain, baru deh nemu! Begitu susahnya.. Untungnya saja, setelah berkeliling-keliling, saya melihat dua calon mall baru yang masih dalam proses pembangunan. Diantaranya, Samarinda Global City dan Plaza Mulia. Nah, rencananya bakalan ada Carrefour dan Starbucks di pusat kota dan Waterboom di pinggir sungai! (Whatt?!). Senang juga sih ngelihat Samarinda semakin berkembang dan memiliki spot-spot hiburan baru, tapi jika harus memangkas kawasan hijau? Yah, dengan bangga harus diakui pula bahwa kultur panas akan tetap eksis di tengah masyarakatnya.

Teori Teddiouzz Today
Kultur panas sendiri juga merambat pada segi individu yang panas. Jika anda menilai kesempurnaan fisik seseorang dilihat jenis warna kulit yang putih-sedikit/banyak-kuning, maka tidak ada salahnya jika anda berkunjung ke Samarinda. Ras Melayu, Dayak dan China terasimilasi menjadi sedemikian rupa sehingga bagi anda yang suka dengan orientalitas pastinya dengan gampang menemukan jodoh anda! (Promo apaan niih?!). Tapi karena kultur panas itu sendiri, jangan heran juga jika menemukan yang belang... Haha..

Wednesday, September 10, 2008

Berputar di Balikpapan


Berputar-putar sekitar kota Balikpapan, berasa wisata hati dari balik jendela taksi..

Hari ini memasuki hari puasa yang kesembilan dan saya juga telah dihampiri taksi tepat pukul 9 juga di depan kost untuk memulai perjalanan menuju Samarinda. Well, yup! this trip goin to be wellcome back to da hometown. Umm, Samarinda.. Apakah yang telah berubah di sana? Nah, sebelum ke bandara, pagi itu bela-belain deh mampir J.Co alhasil bujukan si Eva. Untungnya udah buka dan say hello to Oreology. Hehe.. Penerbangan kali ini didampingi oleh seorang wanita berwajah Putri Titian, tapi berbadan lumba-lumba.. Yup, kali ini Alin menjadi soulmate hingga nanti hinggap di Bandara Sepinggan. Takut juga sih ngelewatin trip bareng si Alin soalnya dia tuh gampang banget mual-muntah gak jelas. Yah, untungnya dia wanita yang penuh inisiatif dengan membawa bekal berupa plastic bag banyak!! Haha...
Sekilas di Bandara Adi Sutjipto yang telah direnovasi menjadi bertuliskan “Bandara Internasional” itu, saya ngamatin bookstore Periplus yang makin komplit aja. Salut dah! Harganya juga masih harga normal, bukan harga kejutan bandara. Tapi, masa kalo mau beli majalah impor harus ke bandara dulu.. Huaaah! “Penumpang pesawat Mandala RI348 tujuan Jogja – Balikpapan dipersilahkan untuk naik ke atas pesawat”. Waduuh, masak naik ke atas pesawat, udah beli tiket gini kan harusnya dapet seat di dalam pesawat. Hehe.. Di dalam pesawat jenis Airbus 319 yang sepertinya masih terlihat baru itu, saya jadi teringat tentang maskapai Emirat Airlines yang bangga mengumumkan penerbangan suksesnya dengan jumlah penumpang hampir 500 orang rute Dubai – Amerika menggunakan pesawat jenis Airbus 380. Humm, nih pesawat Airbus juga nih.. Kayanya bakalan sama comfort. Setelah beberapa lama lepas landas, anggapan itu musnah. Si Alin mendadak bisik-bisik, “Ted.. takuuut!”. Huahaha.. Sama! Well, entah kenapa dengan pesawat ini.. Tapi, terdengar bunyi seperti mesin macet atau juga getaran-gataran yang tidak wajar. Tapi, ya sudahlah.. kita coba ngelupain bayang-bayang tragedi 11 september di Amerika ataupun kecelakaan pesawat di bulan September lainnya.. Zzz.. Akhirnya kita sepakat memejamkan mata dengan menyatukan dua kepala. Ugh, so sweet ngeliat lumba-lumba bisa akrab ama manusia... Hehe..
Akhirnya, tibalah kita di bandara Sepinggan, Balikpapan. Dengan perbedaan waktu 1 jam dari Jogja, maka dengan ikhlas juga saya menambahkan waktu puasa. Hehe... Kali ini ternyata kita mutusin buat bareng lagi. Naik taksi bareng, tapi ntar si Alin turun nyampe rumah sepupunya di seputaran Balikpapan. Well, taksi airport di sini sekarang servisnya aneh banget. Ga niat gitu. Pertama, pas pesen taksi, petugasnya asik banget nelpon haha-hihi. Udah pesen, eh ada mas-mas yang bilang, “ Ke Samarinda mas?”, tapi mukanya muka malak. Padahal dia yang koordinir sopir-sopir. Hehe.. Eh, begitu dia bilang ke sopir-sopir, malah mereka pada lempar-lemparan. Huaaah.. Sempet nungguin sambil ngeliat adegan lempar-melempar itu sih, tapi sabar... (ato lebih tepatnya laper-gak ada tenaga buat ngomel. Haha). Satu hal yang pasti begitu keluar dari bandara, Balikpapan panassssssssh oii...
Alin ternyata gak ngerti alamat pasti sepupunya. What??!! Padahal dia udah pernah ke sana. Well, satu lagi manusia yang memiliki keterbatasan menghapal peta. Hehe.. Setelah si sopir yang mungkin rada kesel beberapa kali puter ulang taksi, akhirnya nemu juga rumah sepupu si Alin yang terletak di perbukitan (dan setelah rumah itu adalah jalan buntu!). Whoa.. Setelah say gudbye sama si lumba-lumba, giliran saya yang masih harus menempuh perjalanan sekitar kurang lebih 2 jam menuju Samarinda. Berita buruknya, jalanan metropolitan yang biasanya digunakan lagi rusak berat dan kalo lewat sana juga pasti macet. So, si sopir taksi tadi mengatakan akan menempuh jalur alternatif. Haa? Alternatif apaan niih? Jangan-jangan mau diculik.. Huakaka.. Tapi, pikiran itu mustahal bin mustahil karena ternyata kita melewati jalanan pantiran alias pantai pinggiran yang bener-benar kawasan hijau.. Humm, benar-benar banyak kelapa dan juga banyak pabrik!! Omong-omong soal pabrik, jadi inget kontes L-Men of the Year kemarin. Pantas saja Balikpapan dinilai juri sebagai salah satu kota yang memiliki kontestan terbaik dari segi kualitas badan ataupun otak, lah kotanya buruh.. Hehe.. Berhubung banyak pabrik, ternyata mobil-mobil di jalanan lebih banyak didominasi dengan kategori pick up atau mobil angkut. Mulai dari Ford, Range Roover, atau sampai Mitsubishi yang langsingpun juga ada. Bahkan, patroli polisi juga pake mobil jenis ini!! Hehe... Berasa seperti di daerah pedesaan Amrik.
Taksi terus berlari, bangunan pabrik terus berlalu, namun si sopir juga gak pake bicara. Lagi puasa mungkin jadi ngomongnya juga ikutan puasa?? Ato mungkin habis diputusin?? Well, setidaknya itu kesimpulan yang diambil gara-gara tape taksi didendangkan oleh lagu-lagu sendu ala ST12 dan sebangsanya.. Huaah, rasanya nyesel juga nih gak punya MP3 buat nyumbat telinga. Tapi, biar bagaimanapun selayaknya pelajaran PPKn dulu, kita harus hormatin kesedihan si sopir itu. Hehe.. Nah, lama-lama nih jalanan berubah jadi rimbun banget dan sempit, paling cuma ada satu dua rumah di kanan-kiri. Jadi lebih parno sambil ngebayangin perampokan di tengah-tengah utan. Tapi saya akhirnya lebih tenang karena menemukan sebuah spot rawa yang camera-catching dengan jembatannya. Sore hari dengan hamparan ilalang dan bukit yang indah beserta mini-danaunya asik banget buat maenan air. Hehe.. Tapi, mikir dua kali juga sih. Berhubung ini daerah terlantar, mungkin bakal ada ular air ataupun buaya lepas. Satu hal yang mengejutkan lagi, ada bengkel motor Honda di tengah utan gini.. Hahaha!
Setelah tertidur sebentar dan seketika terbangun, jendela taksi juga disuguhi dengan pemandangan tragis kecelakaan satu bis dengan satu motor. Humm, jadi lebih bersyukur kalo sampai detik ini, badan masih bisa sehat wal afiat dan tentunya bibir masih bisa tersenyum. Karena dari kejadian itu, pasti akan ada air mata-air mata yang terjatuhkan dan jiwa-jiwa yang tak siap ditinggalkan.

NB: Maaf tidak mengambil gambar satupun, karena memang kamera sedang dalam proses perbaikan! Hehe...