Salah satu hal yang tidak pernah berubah adalah perubahan. Begitulah sebuah kata menjelaskan mengenai ketakutan manusia akan sebuah titik kenyamanan.
Pertanyaannya: Apakah perubahan itu menjadikan kita lebih baik atau justru sebaliknya, hanya baik untuk orang lain. Tapi, bicara tentang perubahan juga tidak terus menerus hanya berada pada konteks pergantian umur ataupun kondisi alam, tapi juga tentang sebuah rentang dan bentang perubahan itu sendiri. Sebuah kejadian yang memberikan deretan frame tentang perubahan itu adalah ketika saya melihat sebuah komunitas di Facebook dengan nama “Lulusan SDN 009 Samarinda Tahun 1998”. Tunggu.. Memori langsung berlari sekencangnya ke masa itu. Topi merah, seragam putih, dan celana merah mini. Duduk lesehan seleksi masuk SD karena tak cukup umur, mencoba berhitung soal-soal lima tambah lima maupun sepuluh bagi dua. Soal yang sangat mudah sebenarnya, dan berakhir dengan penerimaan di kelas 1 C. Saya tertawa dan masih cukup mengingatnya..
Halaman komunitas itu lalu saya buka dan akhirnya menemukan tampilan list nama-nama masa lalu yang telah menanti untuk difiltrasi. Damn, segalanya telah berubah.. Mereka-mereka yang dahulu saya kenal akrab, sekarang telah mengubah diri mereka sesuai dunianya. Dunia mereka, bukan lagi dunia kita sewaktu dulu bersama. Ada yang hobi bertukaran kertas surat, sekarang sukses merambah ke dunia tentara, ada anak ingusan-tapi-preman berganti aksi menjadi pianis, ada yang dahulu pintar berubah menjadi terbelakang pasca kecelakaan, bahkan ada yang telah menanggalkan jubah dunianya. Itu realita. Tuhan selalu punya cara untuk tetap mempertahankan perubahan. Apakah perubahan itu harus disalahkan?
Nostalgia berlanjut dengan halaman foto yang menggambarkan ruang kelas kecil yang sederhana. Ruang dengan tegel tua yang konon dibangun di atas bekas kuburan Belanda. Saya heran juga, sejak kapan teknologi kamera telah populer dan membiarkan anak-anak SD ini narsis.. Haha.. Saya juga mengingat sebuah pelajaran berharga: Menjadi manusia itu jangan terlalu rajin. Kesimpulan ini diterjemahkan dari hukuman jewer yang diberikan guru olahraga pada setiap siswa yang mengerjakan LKS (Buku Kerja) hingga satu buku habis (dan saya termasuk di dalamnya). Ketahuan mengepalkan tangan di belakang kepala guru juga termasuk salah satu jiwa kekanak-kanakan yang pernah ada. Sungguh.. semua itu dulu pernah ada. Lalu kemanakah jiwa-jiwa itu pergi?
Berubaaah.. Seakan-akan perubahan itu bisa cepat terjadi seperti Ksatria Baja Hitam berganti kostum atau mungkin seiring setelan mood pada status anda. Tapi, benarkah diri kita berubah? Saya menganggap banyak sekali destinasi yang perlu dijamah untuk berubah sedikit demi sedikit untuk menjadi total berbeda. Perlu bermacam-macam pikiran untuk menstimulasi sikap dari yang tidak pernah menjadi pernah atau bahkan dari yang jijik menjadi terbiasa. Yang pasti, perubahan di sekitar kita itu akan selalu ada... dan orang yang bahagia adalah orang yang tidak pernah marah akan perubahan, melainkan orang yang telah mempersiapkan sikap untuk menemui perubahan tersebut.
Oiya, sekolah ini sekarang juga telah berubah brand menjadi SDN 007 Samarinda. Our beloved 009 was changed to James Bond 007 School... Yeah, that’s cool... Or just dull?
Pertanyaannya: Apakah perubahan itu menjadikan kita lebih baik atau justru sebaliknya, hanya baik untuk orang lain. Tapi, bicara tentang perubahan juga tidak terus menerus hanya berada pada konteks pergantian umur ataupun kondisi alam, tapi juga tentang sebuah rentang dan bentang perubahan itu sendiri. Sebuah kejadian yang memberikan deretan frame tentang perubahan itu adalah ketika saya melihat sebuah komunitas di Facebook dengan nama “Lulusan SDN 009 Samarinda Tahun 1998”. Tunggu.. Memori langsung berlari sekencangnya ke masa itu. Topi merah, seragam putih, dan celana merah mini. Duduk lesehan seleksi masuk SD karena tak cukup umur, mencoba berhitung soal-soal lima tambah lima maupun sepuluh bagi dua. Soal yang sangat mudah sebenarnya, dan berakhir dengan penerimaan di kelas 1 C. Saya tertawa dan masih cukup mengingatnya..
Halaman komunitas itu lalu saya buka dan akhirnya menemukan tampilan list nama-nama masa lalu yang telah menanti untuk difiltrasi. Damn, segalanya telah berubah.. Mereka-mereka yang dahulu saya kenal akrab, sekarang telah mengubah diri mereka sesuai dunianya. Dunia mereka, bukan lagi dunia kita sewaktu dulu bersama. Ada yang hobi bertukaran kertas surat, sekarang sukses merambah ke dunia tentara, ada anak ingusan-tapi-preman berganti aksi menjadi pianis, ada yang dahulu pintar berubah menjadi terbelakang pasca kecelakaan, bahkan ada yang telah menanggalkan jubah dunianya. Itu realita. Tuhan selalu punya cara untuk tetap mempertahankan perubahan. Apakah perubahan itu harus disalahkan?
Nostalgia berlanjut dengan halaman foto yang menggambarkan ruang kelas kecil yang sederhana. Ruang dengan tegel tua yang konon dibangun di atas bekas kuburan Belanda. Saya heran juga, sejak kapan teknologi kamera telah populer dan membiarkan anak-anak SD ini narsis.. Haha.. Saya juga mengingat sebuah pelajaran berharga: Menjadi manusia itu jangan terlalu rajin. Kesimpulan ini diterjemahkan dari hukuman jewer yang diberikan guru olahraga pada setiap siswa yang mengerjakan LKS (Buku Kerja) hingga satu buku habis (dan saya termasuk di dalamnya). Ketahuan mengepalkan tangan di belakang kepala guru juga termasuk salah satu jiwa kekanak-kanakan yang pernah ada. Sungguh.. semua itu dulu pernah ada. Lalu kemanakah jiwa-jiwa itu pergi?
Berubaaah.. Seakan-akan perubahan itu bisa cepat terjadi seperti Ksatria Baja Hitam berganti kostum atau mungkin seiring setelan mood pada status anda. Tapi, benarkah diri kita berubah? Saya menganggap banyak sekali destinasi yang perlu dijamah untuk berubah sedikit demi sedikit untuk menjadi total berbeda. Perlu bermacam-macam pikiran untuk menstimulasi sikap dari yang tidak pernah menjadi pernah atau bahkan dari yang jijik menjadi terbiasa. Yang pasti, perubahan di sekitar kita itu akan selalu ada... dan orang yang bahagia adalah orang yang tidak pernah marah akan perubahan, melainkan orang yang telah mempersiapkan sikap untuk menemui perubahan tersebut.
Oiya, sekolah ini sekarang juga telah berubah brand menjadi SDN 007 Samarinda. Our beloved 009 was changed to James Bond 007 School... Yeah, that’s cool... Or just dull?