HUAAAAAH! Semester 8, dunia....
Entah mengapa orang-orang mulai membicarakan skripsi sebagai tema sentral ketika diri ini menyempatkan diri berkunjung ke kampus. Padahal, ngampus juga bukan buat konsultasi, tapi lebih pengen nyari sinyal wifi. Hehehe.. Sedikit review, semester tujuh kemarin merupakan penutupan yang bagus karena bisa menghadirkan indeks prestasi paling sempurna. Alhamdulillah, semuanya bisa dapet A. Terima kasih pada dosen-dosen yang telah rela terkena efek bahaya berdekatan dengan saya. Hahaha. Dengan kata lain, saat ini saya sudah resmi berhenti kuliah. (Loh?) Maksudnya, udah gak jaman lagi tuh masuk ruang kelas, duduk, dengerin dosen ceramah. Sekarang jamannya masuk ruang dosen, trus curi-curi pandang, rayu-rayu dikit, trus nge-date dah di kantin! Gak lah, trus bahasin skripsi dari kata per kata. Dari titik nyampe kutipan. Dari teori ini nyampe kaitannya sama masalah. Huuuh! Desperate niih ngadepin situasi kaya gini. Mungkin karena mood lagi segede biji nasi ajah yahh jadi kurang semangat...
“Udah bab berapa? Bab 2 yahh?”. Bodo! Gila yah, orang-orang ngirain udah nyampe bab 2! Salah besar! Seenggaknya begitulah prediksi dukun-dukun dadakan setiap kali nih muka ngorbit ke seputaran ruang dosen. Salah saya juga sih kalo misalnya nih imej dari dulu juga udah direkonstruksi sebagai manusia berotak monyet. (Loh?) Konon, katanya otak monyet memiliki manfaat untuk meningkatkan intelijensitas di ranjang. Nah lo, makin gak nyambung kan? Intinya gini nihh: Sekarang tuh udah jarang manusia yang berkeprimanusiaan, adanya rata-rata berkepribinatangan. Hukum ala tarzanlah berlaku. Bunuh-bunuhan, tindas-tindasan, maen demo anarkislah. Jadi, hipotesis sementara niih.. Otak monyet tuh lebih berkualitas dibanding otak manusia. Bukti laen, tingkat kematian monyet akibat pembunuhan sadis masih lebih rendah dibandingkan kematian manusia. See??
Humm, balik lagi ke skripsi! Berita buruk yang ditimbulkan akibat pemerintah mengeluarkan pernyataan tentang pemblokiran situs esek-esek semenjak bulan April ternyata berdampak pula pada kelanjutan skripsi saya. Dengan membawa tema Psikologi Komunikasi dan dengan judul lengkap “Pengaruh Cybersex Content pada Media Internet terhadap Tingkat Agresifitas Mahasiswa dalam Hubungan Pacaran”, ternyata malah membawa petaka ketika ingin mencari data-data. Hiiks! Pengen nyari definisi awal lewat salah satu search engine, eeh.. malah ada tulisannya: “waaah.. error”. Wadooh, terpaksalah skripsi dengan tema itu saya buang jauh-jauh dari impian. Humm, berminat memberi saran untuk judul berikutnya??
Sabar adalah kunci yang paling mendasar serta tak masuk akal. Mengapa sabar?? Sabar untuk apa? Untuk jadi mahasiswa sepanjang masa?? Haaaah! Akankah ada hati yang rela berbagi untuk jadi inspirasi saat ini?? Mungkin seisi galaksi juga sibuk untuk menyebarkan pengumuman besar-besar: “NEED CARENESS NOW, NOT TOMMOROW!”
Teori Teddiouzz Today
Ada sebuah pertanyaan pendek namun akan sulit untuk dijawab. Saya bertanya pada seorang sahabat: “Seberapa besar kamu butuh saya untuk ada dalam hidupmu?”. Ia lama berpikir. Berpikir. Berpikir. Saya menanti cukup lama hingga berpikiran buruk untuk menyimpulkan secara singkat bahwa memang saya tidak berarti, hingga ia enggan menjawab. Lantas perlahan ia menjawab, “Sebesar bulan dan matahari”. Saya bingung. Ada perbedaan signifikan atas diameter matahari dan bulan. Lalu saya bertanya, “Mengapa?”. Karena bulan dan matahari adalah satelit. Dua-duanya berputar menyinari kegelapan, baik siang ataupun malam. Humm, semoga saja muka saya tidak lantas sekeriput bulan dan mulut saya tidak sepanas matahari.
Entah mengapa orang-orang mulai membicarakan skripsi sebagai tema sentral ketika diri ini menyempatkan diri berkunjung ke kampus. Padahal, ngampus juga bukan buat konsultasi, tapi lebih pengen nyari sinyal wifi. Hehehe.. Sedikit review, semester tujuh kemarin merupakan penutupan yang bagus karena bisa menghadirkan indeks prestasi paling sempurna. Alhamdulillah, semuanya bisa dapet A. Terima kasih pada dosen-dosen yang telah rela terkena efek bahaya berdekatan dengan saya. Hahaha. Dengan kata lain, saat ini saya sudah resmi berhenti kuliah. (Loh?) Maksudnya, udah gak jaman lagi tuh masuk ruang kelas, duduk, dengerin dosen ceramah. Sekarang jamannya masuk ruang dosen, trus curi-curi pandang, rayu-rayu dikit, trus nge-date dah di kantin! Gak lah, trus bahasin skripsi dari kata per kata. Dari titik nyampe kutipan. Dari teori ini nyampe kaitannya sama masalah. Huuuh! Desperate niih ngadepin situasi kaya gini. Mungkin karena mood lagi segede biji nasi ajah yahh jadi kurang semangat...
“Udah bab berapa? Bab 2 yahh?”. Bodo! Gila yah, orang-orang ngirain udah nyampe bab 2! Salah besar! Seenggaknya begitulah prediksi dukun-dukun dadakan setiap kali nih muka ngorbit ke seputaran ruang dosen. Salah saya juga sih kalo misalnya nih imej dari dulu juga udah direkonstruksi sebagai manusia berotak monyet. (Loh?) Konon, katanya otak monyet memiliki manfaat untuk meningkatkan intelijensitas di ranjang. Nah lo, makin gak nyambung kan? Intinya gini nihh: Sekarang tuh udah jarang manusia yang berkeprimanusiaan, adanya rata-rata berkepribinatangan. Hukum ala tarzanlah berlaku. Bunuh-bunuhan, tindas-tindasan, maen demo anarkislah. Jadi, hipotesis sementara niih.. Otak monyet tuh lebih berkualitas dibanding otak manusia. Bukti laen, tingkat kematian monyet akibat pembunuhan sadis masih lebih rendah dibandingkan kematian manusia. See??
Humm, balik lagi ke skripsi! Berita buruk yang ditimbulkan akibat pemerintah mengeluarkan pernyataan tentang pemblokiran situs esek-esek semenjak bulan April ternyata berdampak pula pada kelanjutan skripsi saya. Dengan membawa tema Psikologi Komunikasi dan dengan judul lengkap “Pengaruh Cybersex Content pada Media Internet terhadap Tingkat Agresifitas Mahasiswa dalam Hubungan Pacaran”, ternyata malah membawa petaka ketika ingin mencari data-data. Hiiks! Pengen nyari definisi awal lewat salah satu search engine, eeh.. malah ada tulisannya: “waaah.. error”. Wadooh, terpaksalah skripsi dengan tema itu saya buang jauh-jauh dari impian. Humm, berminat memberi saran untuk judul berikutnya??
Sabar adalah kunci yang paling mendasar serta tak masuk akal. Mengapa sabar?? Sabar untuk apa? Untuk jadi mahasiswa sepanjang masa?? Haaaah! Akankah ada hati yang rela berbagi untuk jadi inspirasi saat ini?? Mungkin seisi galaksi juga sibuk untuk menyebarkan pengumuman besar-besar: “NEED CARENESS NOW, NOT TOMMOROW!”
Teori Teddiouzz Today
Ada sebuah pertanyaan pendek namun akan sulit untuk dijawab. Saya bertanya pada seorang sahabat: “Seberapa besar kamu butuh saya untuk ada dalam hidupmu?”. Ia lama berpikir. Berpikir. Berpikir. Saya menanti cukup lama hingga berpikiran buruk untuk menyimpulkan secara singkat bahwa memang saya tidak berarti, hingga ia enggan menjawab. Lantas perlahan ia menjawab, “Sebesar bulan dan matahari”. Saya bingung. Ada perbedaan signifikan atas diameter matahari dan bulan. Lalu saya bertanya, “Mengapa?”. Karena bulan dan matahari adalah satelit. Dua-duanya berputar menyinari kegelapan, baik siang ataupun malam. Humm, semoga saja muka saya tidak lantas sekeriput bulan dan mulut saya tidak sepanas matahari.
No comments:
Post a Comment