Happy New Year 2012! Selamat memasuki tahun sibuk..
Bahkan, harian Kompas juga menyebutkan tahun ini sebagai “tahun kerja”. Entahlah apa yang membuat saya tergerak untuk menulis kembali pada halaman karatan ini. Tahun telah bertambah lagi pada sekujur raga. Pergerakan sosial, stabilisasi fisik, hingga destinasi relaksasi juga telah berubah secara signifikan. Tak terasa sudah setengah tahun saya bekerja di Fortune Star Global, sebuah anak perusahaan Jepang yang bergerak di bidang preventive health management, sebagai customer data and care atau yang biasa disingkat CDC. Tugas utama CDC yaitu memastikan semua data customer harus masuk ke sistem. Selain data-data pribadi, data transaksi juga harus direkap dengan rinci. Hmm.. sounds not my type? Yes, still feels strange with this kind of job. How come my six-enjoyable-years in advertising ends up with this position?
Mengeluh sepertinya bukan kata yang tepat juga untuk meghabiskan hari-hari di 'roadshow office' ini. Setelah training selama 1,5 bulan di Jakarta, tepatnya di daerah Bintaro, saya tiba-tiba dimutasikan ke Cirebon secara mendadak. Pagi diberitahu, maghrib sudah harus berangkat. Sistem mutasi yang benar-benar shock therapy. Reaksi saya pertama kali waktu itu.. ‘What? Cirebon? What kind of city is that?’. Cirebon yang awalnya memang underestimate karena terbias dengan gosip tentang manajer yang galak dan bla bla bla akhirnya tidak seperti yang diduga. Tim yang lebih solid (karena gak rese masalah senioritas), manajer yang lebih menyenangkan (karena sense of adult comedy yang tinggi), serta kantor yang lebih nyaman (terletak di lantai tiga pusat belanja). Hinggap empat bulan di sana, akhirnya satu tim bergerak ke Bandung. One word is.. Excited! Kembali ke ibukota propinsi kembali. Menjelajah Bandung, rasanya bisa menyelaraskan kembali dengan suasana metropolis seperti Jakarta. Sayang, baru saja dua minggu, ternyata HRD kantor pusat malah mengeluarkan rayuan maut untuk memutasikan saya kembali ke Malang karena kekurangan staff di sana. Oh, back to another Cirebonism! And here I am.. In a cold appletown now.
Some people blessed my job because of mobility. But that’s the point. Berpindah-pindah kota dalam setengah tahun ini cukup diwarnai dengan hal-hal yang menginspirasi. Menghapal jalan-jalan di setiap sudut kota juga jadi tantangan tersendiri. Saya jadi sadar, it’s not traveling anymore.. It’s about learned to living in a city. Meskipun dengan jam kerja yang di atas normal dan terkadang tidak libur di hari Minggu, toh masih ada secuil sisa-sisa waktu yang bisa dihabiskan untuk menelusuri spot-spot yang masih terselubung. Mengunjungi pembuatan batik Mega Mendung di perkampungan batik Trusmi, menapaki bukit Ciremai dan merasakan beberapa curuk, ke pemandian air panas Sangkanurip, pusat pelelangan ikan yang pelabuhannya dipenuhi ubur-ubur, mencicipi Toko Oen yang legendaris, hingga terakhir mengunjungi Jatim Park di daerah Batu. This is the positive side of this job. How every city have some hidden agenda called culture.
Anyway, it’s been a silver years! But 25 doesn’t mean mature and feels complete. Kerja. Lelah. Dibayar. Lalu habisin uang. Lalu kerja lagi. Seperti itu mayoritas rotasi di umur segini? Punya kecukupan uang tapi waktu senggang hampir tidak ada untuk liburan. Punya sahabat dekat, tapi tidak ada kesempatan bertemu tangan. Punya keluarga, tapi meja kantor justru jadi tempat berlabuh utama. Aneh, bagaimana hidup di kantor bagaikan mesin pencetak budaya materialisme. Tapi, biarpun demikian setengah tahun di kantor ini juga merupakan anugerah yang tidak disangka-sangka. Kalau saja mengingat pertama kali masuk kerja dan kata-kata resign dan sejenisnya sudah menancap di kepala, mungkin banyak pengalaman yang seharusnya ada, di-skip begitu saja. Yeah, I’m just a lucky one!